LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI INDUSTRI
KUNJUNGAN RICE
MILL UNIT (RMU)
Oleh :
Ade Rama Gay
A1H011049
KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar
penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Meskipun memiliki potensi daerah
pertanian yang luas, dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, setiap
tahunnya Indonesia mengalami masalah ketersediaan pangan. Permasalahan pangan
tersebut disebabkan Indonesia belum mampu berswasembada pangan, khususnya
beras.
Beras adalah komoditas strategis
dan merupakan pangan pokok bangsa Indonesia. Konsumsi beras setiap tahun selalu
meningkat seiring dengan laju penambahan penduduk. Sudah banyak upaya untuk
mengerem laju konsumsi beras dengan aneka ragam pangan lokal namun tampaknya
setiap tahun selalu mengalami kenaikan. Swasembada beras terjadi tahun 1984 dan
dapat dipertahankan pada tahun 1990. Setelah itu peningkatan konsumsi beras
tidak sebanding lagi dengan laju peningkatan produksi dan areal panen.
Seiring dengan
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi telah banyak sekali peralatan dan
mesin yang dibuat untuk penanganan pasca panen yang dapat membantu petani dalam
mengefektifkan dan mengefisienkan hasil penggilingan padi sehingga harga padi dapat sesuai
dengan harga dan kebutuhan pasar. Unit penggilingan beras (rice mill unit) meliputi, pengupasan kulit, pemisahan sekam dari
gabah dan beras pecah, pemisahan gabah dari beras pecah kulit, dan penyosohan.
B. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami sistem RMU beserta unit-unit yang
digunakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Beras
adalah makanan pokok masyarakat Indonesia. Tingkat konsumsi masyarakat
indonesia yaitu sekitar 130 kg/kapita per tahun, maka beras yang harus
disediakan setiap tahunnya dalam suatu desa ekologi dapat diperhitungkan
berdasarkan jumlah penduduk desa tersebut. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan
beras secara mandiri, berarti pengaliran sumberdaya ekonomi keluar desa karenan
harus membeli beras dari luar desa.
Selain
di tingkat on-farm, penanganan pascapanen padi juga perlu diperhatikan
dengan baik. Pemanenan, perontokan, penjemuran, dan penggilingan padi harus
dilakukan dengan cara dan teknologi yang tepat, untuk menekan susut mutu dan
susut jumlah. Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam
mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk
disimpan sebagai cadangan. Kapasitas giling dari seluruh penggilingan padi yang
ada di suatu desa sebaiknya mencukupi baik dari segi produksi maupun penanganan
pascapanennya. Dengan demikian, usaha penggilingan padi harus dapat menjamin
kelangsungannya, agar usaha pemenuhan kebutuhan akan beras dapat dilakukan
secara optimal.
Usaha
jasa penggilingan padi umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun atau
bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun. Kegiatan usaha
jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan beberapa bulan
setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah sekitar
penggilingan padi berada. Oleh karena itu, hari kerja suatu penggilingan padi
dalam setahun ditentukan oleh volume hasil dan frekuensi panen di wilayah
sekitarnya. Pada masa-masa di luar musim panen, biasanya pemilik dan pekerja
usaha jasa penggilingan padi akan mengisi waktu mereka dengan jenis kegiatan
lainnya seperti bertani dan berdagang. Oleh karena itu, banyak di antara
pemilik penggilingan padi juga berprofesi sebagai pedagang beras untuk mengisi
kekosongan kegiatan penggilingan padi, bila mereka mempunyai modal yang cukup
untuk itu. Hal ini tidak menjadi masalah dalam pengembangan desa ekologi.
Skala
usaha industri jasa penggilingan padi ditentukan oleh besar kecilnya kapasitas
giling terpasang yang dimiliki suatu penggilingan padi. Suatu penggilingan padi
digolongkan sebagai penggilingan padi berskala kecil bila kapasitas
penggilingannya tidak lebih dari 1500 kg beras per jam (Departemen Pertanian,
2001). Menurut data tahun 1990-1997, yang dirilis oleh Departemen Pertanian RI
(1998), lebih dari 50% penggilingan padi yang ada di Indonesia tergolong dalam
penggilingan padi dengan skala kecil dan lebih dari 36% adalah rice milling
unit, yang dari segi kapasitas juga termasuk penggilingan padi kecil. Dari
sekitar 82 ribu unit industri jasa penggilingan padi berskala kecil ini, setiap
tahunnya dihasilkan lebih dari 24 juta ton beras atau sekitar 95% dari
kapasitas giling seluruh penggilingan padi di Indonesia.
Secara
umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi
adalah mesin pemecah kulit/sekam, (huller atau husker), mesin pemisah gabah dan
beras pecah kulit (brown rice separator), mesin penyosoh atau mesin pemutih
(polisher), mesin pengayak bertingkat (sifter), mesin atau alat bantu pengemasan
(timbangan dan penjahit karung). Bila ditinjau dari kapasitasnya, mesin-mesin
penggiling padi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu rice milling unit (RMU)
dan rice milling plant (RMP). Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah
pada ukuran, kapasitas dan aliran bahan dalam proses penggilingan yang
dilakukan. Penggilingan padi yang lengkap kadangkala dilengkapi dengan
pembersih gabah sebelum masuk mesin pemecah kulit, dan pengumpul dedak sebagai
hasil sampingan dari proses penyosohan.
Saat
ini ketersediaan penggilingan padi di pedesaan cukup memadai terutama di pulau
Jawa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penggilingan padi yang ada dibandingkan
dengan tingkat produksi padi di daerah tersebut. Bahkan belakangan ini muncul
usaha penggilingan padi bergerak yang biasa disebut grandong di daerah Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Usaha ini muncul dengan adanya pemikiran untuk menarik
petani menggiling padi tanpa harus memikirkan pengangkutan hasilnya. Mesin
penggilingan yang digunakan biasanya berupa RMU yang dimodifikasi dengan mobil
pengangkut sehingga dapat dibawa keliling ke tempat petani menyimpan gabahnya.
Keberadaan grandong ini secara langsung mengancam kelangsungan usaha
penggilingan padi statis/tidak bergerak karena bagaimanapun juga petani tentu
akan lebih memilih penggilingan padi yang memudahkan mereka. Dalam kaitan
dengan pemenuhan kebutuhan bahan pangan beras dalam suatu desa ekologi,
sebaiknya usaha penggilingan padi ini, apaun jenisnya, dimiliki oleh penduduk
desa setempat. Perlu juga dikaji mengenai peluang usaha jasa penggilingan padi
dalam bentuk yang lebih modern yang melakukan pengolahan padi secara terpadu.
Sebagai contoh adalah usaha yang memadukan antara proses penggilingan padi
hingga menjadi beras berkualitas super yang juga dikombinasikan dengan
pemberian bahan aditif untuk meningkatkan nilai gizi beras, sekaligus menangani
aspek pasca produksi dan pemasarannya.
Karena
usaha jasa penggilingan padi tidak terlalu rumit untuk dijalankan, maka risiko
yang ada juga relatif kecil dan mudah ditanggulangi. Risiko terbesar adalah
sedikitnya pengguna atau rendahnya produktivitas padi per hektar sehingga
kapasitas giling terpasang tidak terpenuhi karena volume gabah yang digiling
setiap harinya kecil dan jumlah hari operasional penggilingan padi juga kecil.
Risiko lainnya adalah kerusakan mesin-mesin penggilingan padi sehingga
menyebabkan penurunan kapasitas giling dan mutu hasil gilingan. Selain itu
kenaikan biaya operasional juga dapat mempengaruhi kelangsungan usaha jasa
penggilingan padi. Variabel biaya terbesar dalam operasional usaha jasa
penggilingan padi adalah biaya BBM dan penggantian rubber roll.
Risiko
kekurangan volume giling sehingga penggilingan padi beroperasi di bawah
kapasitas gilingnya dapat diatasi dengan cara mempelajari keadaan sekelilingnya
yang berkaitan, yaitu produktivitas lahan, musim panen dalam satu tahun, selang
waktu panen dalam satu desa/daerah kawasan sekitar penggilingan padi, kebiasaan
petani dalam menangani hasil panennya, dan lain sebagainya. Bila hal-hal
seperti di atas diamati dengan seksama, seharusnya volume giling minimal sudah
dapat diperkirakan, sehingga peralatan penggilingan padi yang disediakan sudah
disesuaikan sejak awal. Risiko kerusakan mesin-mesin penggilingan padi dapat
diperkecil dengan melakukan perawatan dan pemeriksaan kondisi mesin-mesin
tersebut secara berkala. Penggantian suku cadang harus sesuai dengan umur pakai
setiap suku cadang tertentu, sehingga mesin-mesin dapat beroperasi secara
optimal.
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat
1. Polisher
2. Huller
3. Ayakan
4. Bak penampung
Bahan
Padi
B. Prosedur Kerja
1.
Mengamati peralatan penyusun Rice Milling Unit (RMU)
2.
Menggambar alat-alat penyusun Rice Milling Unit (RMU), beserta
fungsinya
3.
Mengamati proses penggilingan
padi menggunakan peralatan Rice Milling
Unit (RMU)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Ayakan
Fungsinya
untuk mengayak beras yang akan masuk ke dalam polisher
|
|
Huller
Fungsinya
untuk memecah atau memisahkan padi dengan sekam.
Dari
1 kwintal padi dihasilkan 80 kg beras
|
|
|
|
Polisher
Fungsinya
untuk memutihkan atau menyosoh beras.
Kapasitas
alat 10 kg. Dari 1 kwintal beras coklat dapat dihasilkan 90 kg beras putih.
Dalam sehari dapat mengolah 4 ton beras
|
|
Cara Kerja:
Padi dijemur hingga kering. Kemudian masukkan ke dalam huller.
Sebelum dimasukkan ke dalam polisher, beras diayak untuk meningkatkan kualitas.
Masukkan beras ke dalam polisher.
B.
Pembahasan
Rice milling unit (RMU) adalah jenis mesin penggilingan padi generasi baru yang
kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah menjadi beras dapat
dilakukan dalam satu kali proses (one
pass process). Mesin ini bila dilihat fisiknya menyerupai mesin tunggal yang
memiliki banyak fungsi, namun sesungguhnya memang terdiri dari beberapa mesin
yang disatukan dalam rancangan yang kompak dan bekerja secara harmoni dengan
tenaga penggerak tunggal. Di dalam RMU sesungguhnya terdapat bagian mesin yang
berfungsi memecah sekam atau mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi
memisahkan BPK dan gabah dari sekam lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang
berfungsi mengeluarkan gabah yang belum terkupas untuk dikembalikan ke
pengumpan, bagian mesin yang berfungsi menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan
bagian mesin yang berfungsi melakukan pemutuan berdasarkan jenis fisik beras
(beras utuh, beras kepala, beras patah, dan beras menir).
Gambar. RMU (rice
milling unit) yang kompak
Kelebihan RMU dibandingkan metode
pengupasan padi tradisional adalah :
1. Dapat meningkatkan daya jual, karena beras yang dihasilkan lebih
putih.
2. Mengefektikan dan mengefisienkan waktu produksi
dan mempermudah kerja.
3. Mengurangi tenaga kerja.
4. Meningkatkan mutu beras yang dihasilkan.
Mesin penggiling padi yang sering dijumpai diantaranya:
1. Mesin pemecah kulit/sekam atau pengupas
kulit/sekam gabah kering giling (huller atau husker)
2. Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown
rice separator)
3. Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher)
4. Mesin pengayak bertingkat (sifter)
5. Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan
penjahit karung)
Mesin pemecah sekam berfungsi untuk
memecahkan dan melepaskan kulit gabah. Input bahan dari mesin ini adalah gabah
kering giling (GKG), yaitu gabah dengan kadar air sekitar 14% basis basah dan
outputnya berupa beras pecah kulit (BPK) yang berwarna putih kecoklatan (kusam)
atau disebut juga brown rice. Mesin
pemecah kulit gabah yang banyak digunakan dewasa ini adalah mesin tipe rubber roll yang prinsip kerjanya
memecah kulit gabah dengan cara memberikan tenaga tarik akibat kecepatan putar
yang berbeda dari dua silinder karet yang dipasang berhadapan. Persentase gabah
terkupas, beras patah, dan beras menir tergantung pada kerapatan dan kelenturan
silinder karet ini. Silinder yang telah mengeras atau yang terlalu rapat satu
sama lain akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras menir, sedangkan jarak
kedua silinder yang renggang akan menyebabkan persentase gabah tidak terkupas
meningkat. Biasanya gabah yang tidak terkupas akan dipisahkan dari beras pecah
kulit dan dimasukkan lagi ke dalam pengumpan hingga semuanya terkupas.
Pekerjaan ini dilakukan menggunakan mesin lain yang disebut mesin pemisah BPK
dan gabah, atau secaram umum disebut pengayak.
Gambar. Mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll
Bagian-bagian mesin
pemecah padi (huller), Yaitu:
a.
Hopper (Corong masuk)
Hopper berfungsi untuk tempat memasukan gabah.
b.
Gear box (kotak roda gigi)
Gear box berfungsi sebagai tempat roda gigi pemutar mesin.
c.
Free Pulley (pull bebas)
Free pulley berfungsi untuk engkol penghidup mesin.
d.
Main pulley (pull utama)
Main pulley berfungsi untuk
engkol as penghidup mesin.
e. First Outlet (saluran utama)
First outlet berfungsi untuk saluran pertama masuk beras masuknya
gabah ke blade.
f.
Second Outlet (saluran kedua)
Second outlet merupakan saluran sambungan penghubung main outlet dengan blade.
g.
Pulley blower (pull blower)
Pulley blower berfungsi untuk engkol blower.
h.
Shutter (katup utama)
Shutter berfungsi mengatur masuknya
gabah ke mesin.
i.
Rol gap Adjuster
(pengatur jarak)
Rol gap Adjuster
berfungsi mengatur jarak pengupasan gabah.
j.
Wind Adjusting (pengatur udara)
Wind Adjusting berfungsi
mengatur sirkulasi udara agar angin pada mesin tidak menerbangkan kulit gabah.
k. Stand
(tangkai penahan)
Stand berfungsi menahan lengan.
l. Blade
(daun kipas)
Blade berfungsi untuk mengupas kulit gabah.
m. Shaft
(poros)
Shaft
berfungsi sebagai poros
perputaran blade.
n. Arm (lengan)
Arm
merupakan tempat
keluarnya gabah setelah dikupas.
Gabah yang dimasukkan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak
seluruhnya terkelupas. Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas ini tergantung pada
penyetelan mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus dipisahkan dari
beras pecah kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin pemecah kulit.
Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah gabah dari beras pecah
kulit, yang dapat menyatu atau terpisah dengan mesin pemecah kulit.
Gambar. Aliran bahan pada
mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll
Selanjutnya
beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang dilakukan menggunakan mesin
penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Hasil dari proses penyosohan adalah
beras putih yang siap dipasarkan atau dimasak. Mesin penyosoh yang umum
digunakan di Indonesia adalah mesin tipe friksi jetpeller. Beras pecah
kulit yang diumpankan ke dalam mesin ini didorong memasuki silinder dengan
permukaan dalam tidak rata dan pada bagian dalamnya terdapat silinder lain yang
lebih kecil dan mempunyai permukaan luar yang tidak rata serta
berlubang-lubang. Beras pecah kulit akan berdesakan dan bergesekan dengan
permukaan silinder yang tidak rata sehingga lapisan kulit arinya (aleuron)
yang berwarna kecoklatan terkikis. Kulit ari yang terkikis ini menjadi serbuk
dedak yang dapat menempel pada permukaan beras dan juga permukaan dinding
silinder, sehingga dapat menurunkan kapasitas penyosohan. Oleh karena itu mesin
penyosoh tipe jetpeller dilengkapi dengan hembusan udara yang kuat dari
dalam silinder kecil yang berlubang-lubang, sehingga mendorong dan melepaskan
serbuk dedak dari permukaan beras dan dinding silinder untuk mendapatkan beras
putih yang bersih dan menjaga kapasitas giling tidak menurun. Selain itu
hembusan udara ini juga berfungsi untuk menjaga suhu beras tetap rendah selama
proses penyosohan sehingga penurunan mutu akibat perubahan kimia (menyebabkan cracking
pada beras) yang disebabkan oleh panas dapat dicegah.
Gambar. Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi
jetpeller
Keterangan gambar:
1. Main body : untuk body utama mesin polisher
2. Wind pipe
metal : Pipa besi untuk saluran udara
3. Gear box : untuk tempat roda gigi pemutar mesin
4. Frame out
screen :
untuk frame tampilan luar mesin
5. Main
shaft : untuk tempat utama beras masukan
6. Outlet : untuk tempat penampungan beras
7. Milling
roll : untuk mesin pemutih utama
8. Resistance
plate : untuk menghampat plat
9. Screen : untuk bagian luar mesin
10. Pressure
plate : untuk penekan plat
11. Base Funnel : untuk saluran utama masuknya beras ke milling
roll
12. UD
ejector : Untuk pengeluaran mesin bila akan di bersihkan
13. Screw
iron roll : untuk skrup besi mesin
14. Hook bolt : untuk mengaitkan baut
15. Bearing
case : untuk bantalan peluru mesin
16. Wind pipe : untuk saluran udara
17. Oil cup : untuk saluran oli mesin
18. Main pulley : untuk engkol as penghidup mesin
19. Blower : untuk mengalirkan udara dalam proses penyosohan
20. Knop
adjusting : untuk tombol pengatur
Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu
dipisahkan menurut kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai
mutu terbaik, beras patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu
ketiga. Pemisahan dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau
silinder pemisah (silinder separator). Ketiga macam mutu beras tadi akan
dicampurkan kembali dengan perbandingan tertentu untuk menentukan harga jual
sebelum beras dikemas bila akan dipasarkan. Pengemasan umumnya menggunakan
karung plastik berukuran 50 kg. Penimbangan dilakukan secara manual, demikian
pula penutupan karung, dapat dilakukan secara manual baik dengan atau pun tanpa
bantuan alat penjahit portabel.
1. Rice
milling unit (RMU) adalah jenis mesin
penggilingan padi generasi baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana
proses pengolahan gabah menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process).
2. Bagian-bagian RMU terdiri dari huller dan polisher.
3. Selain polisher dan huller unit yang juga terdapat dalam
tempat penggilingan adalah ayakan bertingkat. Ayakan ini berfungsi untuk
memisahkan biji jagung ataupun hasil produksi lain berdasarkan kualitasnya.
Oka, I. 1991. Padi
Buku 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman : Jakarta.