LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI INDUSTRI
PENGERINGAN
Oleh :
Ade Rama Gay
A1H011049
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
EBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengeringan
dalam proses pascapanen merupakan operasi yang penting, baik terhadap bahan
padat maupun bahan cair. Pengeringan merupakan metode penanganan pasca panen
yang paling tua yang telah dipraktekan sejak dulu. Pada saat ini pun,
pengeringan secara tradisional masih banyak dipraktekan sebagai metode
pengawetan sehingga produk pangan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Pengeringan secara
tradisional tentunya kurang efektif dan efisien karena dipengaruhi sekali oleh
cuaca. Untuk itu, manusia menciptakan alat mesin pengeringan yang dapat
meningkatan produktivitas dari kegiatan pengeringan.
B.
Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan proses
pengeringan kadar air
2. Mahasiswa dapat menghitung kadar air dalam
proses pengeringan
3. Mengetahui macam-macam alat pengering
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Proses
pengeringan adalah proses yang penting dalam penanganan pascapanen. pengeringan
dapat mengawetkan suatu bahan sehingga bahan pangan dapat bertahan dalam jangka
waktu yang lama. Secara definisi, pengeringan adalah proses pengurangan air
dari bahan pangan menggunakan energi panas sehingga kadar air dalam bahan
menurun. Pengeringan dapat merupakan proses utama dari pengolahan bahan pangan
atau merupakan bagian dari rangkaian proses.
Di samping dapat
mengawetkan bahan pangan, pengeringan juga mempermudah dan menghemat ruang
penyimpanan saat pengepakan hal ini dikarenakan volume bahan mengecil; lebih
ringan karena volume air dalam bahan makin sedikit, sehingga memudahkan
pengangkutan; dan biaya produksi menjadi lebih murah.
Kerugian pengeringan
antara lain terjadi perubahan pada struktur, tekstur dan tampilan bahan pada
bahan; terjadi perubahan pada sifat fisik: rasa, aroma, warna atau menyebabkan
reaksi browning; terjadi perubahan kimia yaitu komposisi kimia dan nilai-nilai
gizinya; terjadi case hardening; terjadi penurunan mutu; dan memerlukan
perlakuan tambahan sebelum digunakan.
Prinsip dasar
proses pengeringan adalah penguapan air dari bahan ke udara sekeliling karena
adanya perbedaan kandungan air antara bahan dan udara. Selama pengeringan
terjadi dua proses yang berjalan simultan yakni perpindahan panas dari udara ke
dalam bahan, serta perpindahan massa uap air dari permukaan bahan ke udara
pengering sekelilingnya. Perpindahan panas dari udara ke dalam bahan pada
proses pengeringan menyebabkan air yang ada pada bahan mengalami perubahan
menjadi fase uap. Proses perpindahan panas ini terjadi karena adanya driving
force berupa perbedaan temperatur (suhu).
III.
METODOLOGI
A.
Alat dan Bahan
Alat
1. Kabinet Dryer
2. Oven listrik
3. Stopwatch
4. Termometer
5. Neraca digital
6. Wadah
Bahan
Potongan singkong
B.
Prosedur Kerja
1. Siapkan 3 buah potongan singkong dan 3
buah wadah.
2. Timbang berat masing-masing wadah dengan
neraca digital, catat hasilnya.
3. Timbang berat setiap wadah dengan singkong
yang berbeda, catat hasilnya. Berat singkong sama dengan berat total wadah
dengan singkong dikurangi berat wadah.
4. Letakkan sepotong singkong dan wadahnya
pada oven dengan suhu 1050C, beri label pada wadah dengan angka
percobaan 1.
5. Untuk singkong dengan ukuran paling kecil,
letakkan singkong tersebut beserta wadahnya dibawah sinar matahari langsung,
beri label wadah percobaan 2.
6. Masukkan sepotong singkong dan wadah yang
lainnya ke dalam kabinet dryer dengan suhu 600C beri label wadah
percobaan 3.
7. Ukur berat singkong setiap 10 menit sekali
pada percobaan 2 dan 3. Untuk percobaan 2 yaitu pengeringan sinar matahari,
ukur suhu lingkungan dengan menggunakan termometer setiap kali singkong diambil
untuk ditimbang.
8. Catat hasil pengamatan, tentukan kadar air
dari masing-masing percobaan pengeringan dari ketiga cara yang berbeda. Untuk
percobaan 2 dan 3 hitung kadar air pada setiap menit saat singkong diambil
untuk ditimbang.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1). Data hasil pengamatan awal
Perlakuan
|
Massa cawan (gr)
|
Massa singkong (gr)
|
Matahari
Cabinet diyer
Oven
|
3,6
3,7
3,6
|
3,1
4,0
3,7
|
a. Perlakuan dengan sinar
matahari
Waktu (menit)
|
Massa singkong (gr)
|
0
10
20
30
40
50
|
3,1
3,0
3,0
2,9
2,9
2,9
|
b. perlakuan dengan cabinet diyer
Waktu (meni)
|
Massa
|
0
10
20
30
40
50
|
4,0
3,6
3,2
2,9
2,8
2,6
|
c. Perlakuan dengan oven
Massa
awal : 3,7 gram
Massa akhir : 1,4 gram
Massa akhir : 1,4 gram
2. Data hasil perhitungan
- Perlakuan dengan oven
Massa awal singkong : 3,7 gr
Massa cawan : 3,6 gr
M.cawan +M.singkong setelah di oven : 5,0 gr
M.cawan +M.singkong setelah di oven : 5,0 gr
Massa akhir singkong = 5,0 – 3,6
= 1,4 gr
= 1,4 gr
= 0,62 = 62 %
- KA untuk perlakuan sinar matahari
- t0 = 0 menit
M0 = 3,1
gr
KA = Kabb
M.air = Ka x Mo = 3,1 x 0,02 = 1,922 gr
M.padatan = Mo – Mair
= 3,1 – 1,922
= 1,178 gr
- t1 = 10 menits
M1 = 3,0 gr
KA = Kabb
Mpadatan = M1-Mair = Mpadatan pada t0 = 0,6
= 3,0 – 1,822
= 1,178 gr
Mair = M1-Mpadatan
= 3,0 – 1,178
= 1,822 gr
KA pada t1 = ????
=
=
= 0,60 = 60 %
- t2
= 20
menit
M2 = 3,0
KA = Kabb
Mpadatan = Mawal – M0
= 3,0 – 1,822
= 1,178 gr
Mair = M2 – Mpadatan
= 3,0 – 1,178
= 1,822 gr
KA pada t2 = ????
=
= 0,60 = 60 %
- t3 = 30
menit
M3 = 2,9
gr
KA = Kabb
Mair = M3 – Mpadatan
= 2,9 – 1,178
= 1,722 gr
KA pada t3 = ???
=
= 0,59 = 59 %
- t4
= 40 menit
M4 = 2,9 gr
KA = Kabb
Mair = M3 – Mpadatan
= 2,9 – 1,178
= 1,722
KA pada t4 = ???
=
=
= 0,59 = 59 %
- t5 = 50 menit
M5 = 2,9
gr
KA = Kabb
Mair = M4 – Mpadatan
= 2,9 – 1,722
= 1,722 gr
KA pada t5 = ???
=
=
0,59 = 59 %
- KA untuk perlakuan cabonet diyer
- t0 =
0 menit
M0 = 4,0
gr
KA = Kabb
Mait = KA x
M0 = 0,62 x 4,0 = 2,48 gr
Mpadatan = M0 – Mair
= 4,0 – 2,48
= 1,52 gr
- t1 =
10 menit
M1
= 3,6 gr
KA = Kabb
Mair = M1
– Mpadatan = 3,6 – 1,52 = 2,08 gr
KA pada t1 = ???
=
=
= 57 %
- t2 =
20 menit
M2
= 3,2 gr
KA = Kabb
Mair = M2
– Mpadatan = 3,2 – 1,52 = 1,68 gr
KA pada t2 = ???
=
=
= 52 %
- t3 = 30 menit
M3 = 2,9
gr
KA = Kabb
Mair = M3 – Mpadatan = 2,9 – 1,52 = 1,38
gr
KA pada t3 = ???
=
=
= 47 %
- t4 =
40 menit
M4
= 2,8 gr
KA = KAbb
Mair = M4
– Mpadatan = 2,8 – 1,52 = 1,28 gr
KA pada t4 = ???
=
= 45 %
=
= 45 %
- t5 = 50 menit
M5 = 2,6
gr
KA = KAbb
Mair = M5
– Mpadatan = 2,6 – 1,52 = 1,08 gr
KA pada t5 = ???
=
=
= 41 %
B.
Pembahasan
Secara singkat Pengeringan diartikan sebagai proses penghilangan sejumlah air dari
material.
Namun pengertian Pengeringan secara umum adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi
dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan
air yang ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber panas dan
penerima uap cairan (Sumber: Treybal, 1980).
Pengeringan makanan
memiliki dua tujuan utama. Tujuan pertama adalah sebagai sarana pengawetan makanan.
Mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan makanan tidak dapat berkembang dan
bertahan hidup pada lingkungan dengan kadar air yang rendah. Selain itu, banyak
enzim yang mengakibatkan perubahan kimia pada makanan tidak dapat berfungsi
tanpa kehadiran air (Sumber : Geankoplis, 1993). Tujuan kedua adalah
untuk meminimalkan biaya distribusi bahan makanan karena makanan yang telah
dikeringkan akan memiliki berat yang lebih rendah dan ukuran yang lebih kecil.
Dalam pengeringan,
air dihilangkan dengan prinsip perbedaan kelembaban antara udara pengering
dengan bahan makanan yang dikeringkan. Material biasanya dikontakkan dengan
udara kering yang kemudian terjadi perpindahan massa air dari material ke udara
pengering.
Dalam beberapa
kasus, air dihilangkan secara mekanik dari material padat dengan cara di-press,
sentrifugasi dan lain sebagainya. Cara ini lebih murah dibandingkan pengeringan
dengan menggunakan panas. Kandungan air dari bahan yang sudah dikeringkan
bervariasi bergantung dari produk yang ingin dihasilkan. Garam kering
mengandung 0.5% air, batu bara mengandung 4% air dan produk makanan mengandung
sekitar 5% air. Biasanya pengeringan merupakan proses akhir sebelum pengemasan
dan membuat beberapa benda lebih mudah untuk ditangani.
Singkong (Manihot utilisima) yang dikenal juga
sebagai ketela pohon atau ubi kayu, merupakan sumber karbohidrat dan telah
menjadi makanan pokok andalan rakyat Indonesia setelah beras, jagung, dan sagu.
Di Indonesia, tanaman singkong telah dikenalkan sejak masa penjajahan Belanda. Umbi
singkong pada umumnya memiliki kandungan air sebesar 60%. Namun pada praktikum
kali ini kadar air yang terdapat pada singkong yang diuji sebesar 62% yang
didapat dari perhitungan persamaan dengan hasil yang diperoleh dari pengeringan
dengan oven. Kadar air ini lebih besar dari hasil pengeringan menggunakan sinar
matahari dan kabinet dryer.
Waktu (menit)
|
Berat (gr)
|
Kadar Air (%)
|
0
10
20
30
40
50
|
3,1
3,0
3,0
2,9
2,9
2,9
|
62
60
60
59
59
59
|
Tabel. Hasil Pengeringan dengan Sinar Matahari
Waktu (menit)
|
Berat (gr)
|
Kadar Air (%)
|
0
10
20
30
40
50
|
4,0
3,6
3,2
2,9
2,8
2,6
|
62
57
52
47
45
41
|
Tabel. Hasil Pengeringan dengan Kabinet Dryer
Dari
data dan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pengeringan
dan semakin tinggi suhu yang digunakan dalam proses pengeringan maka berat
bahan akan semakin berkurang karena kandungan air dalam bahan juga berkurang.
Hal ini sesuai dengan prinsip pengeringan, yaitu mengurangi kadar air yang
terkandung dalam suatu bahan.
Seiring
dengan perkembangan teknologi, teknologi dalam proses pengeringan juga ikut
berkembang. Dahulu para petani menggunakan sinar matahari untuk mengeringkan
hasil taninya, namun sekarang banyak dari mereka yang menggunakan alat-alat
modern untuk mengeringkan suatu bahan. Dewasa ini pengeringan dengan sinar
matahari langsung hanya digunakan pada beberapa hasil pertanian saja,
diantaranya jagung dan padi, sedangkan untuk beberapa hasil pertanian dengan
nilai ekonomis yang tinggi mereka lebih memilih menggunakan alat pengeringan modern.
Hal ini dikarenakan, pada pengeringan dengan sinar matahari suhu yang digunakan
tidak menentu, selain itu bagian yang terkena sinar juga tidak merata. Lain
halnya dengan menggunakan kabinet dryer, kita dapat menentuka suhu yang akan
kita gunakan dalam proses pengeringan sehingga dapat mempersingkat waktu,
selain itu pengeringan dengan kabinet dryer terjadi secara merata, tidak hanya
di salah satu sisi seperti pada pengeringan sinar matahari
Grafik
diatas merupakan grafik besar kadar air terhadap waktu pengeringan dengan sinar
matahari dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang digunakan selama
pengeringan maka Ka (kadar air) bahan tersebut akan semakin berkurang. Grafik
tersebut memperlihatkan penurunan Ka sebesar 0.1 setiap 10 menit.
Grafik
diatas merupakan grafik besar kadar air terhadap waktu pengeringan dengan
kabinet dryer dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang digunakan selama
pengeringan maka Ka (kadar air) bahan tersebut akan semakin berkurang. Grafik
tersebut memperlihatkan penurunan Ka secara drastis dengan besarnya penurunan
Ka yang tidak menentu. Dari kedua grafik diatas bila kita bandingkan dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengeringan dengan kabinet dryer lebih optimal
daripada pengeringan dengan sinar matahari.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1.
Pengeringan adalah
suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan
cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air yang
ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber panas dan penerima uap
cairan (Sumber: Treybal, 1980).
2.
Tujuan proses pengeringan
adalah untuk mengawetkan makanan, dan untuk meminimalkan biaya distribusi bahan
makanan.
B. Saran
Baiknya
kesiapan alat perlu di perhatikan terlabih dahulu sebelum praktikum di mulai.
DAFTAR PUSTAKA
Desrosier. 1988. Teknologi
Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta
Sudarmadji S,
Bambang Haryono, Suhardi. 1989. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Syam, M,
Hermanto, dan Arif Musaddad, 1990. Penelitian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor.
0 komentar:
Posting Komentar