Klik disini | Testimoni Rama
Saya Ade Rama Gay biasa dipanggil dengan rama. Kehidupan keluarga tergolong sangat sederhana. Orang tua saya ...
Klik disini | Memori SMANSA Bula
Terasa indah jika di ingat kembali saat-saat itu, di saat diriku masih di sebut, dengan sebutan "siswa" ...
Klik disini | Go to JAVA
Aku sekarang di purwokerto, Jawa Tengah dan saat ini lagi mengambil Studi S1, Teknologi ...
Klik disini | Tips merawat mata
Mata adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia karena peranannya ...
Klik disini | Forza Milan
Dalam Sejarahnya Kata FORZA hanya diperuntukan untuk MILAN. Tidak untuk Klub ...
Senin, 15 Desember 2014
Senin, 21 Juli 2014
Hubungan Global Warning, Pertanian dan Iklim
Senin, Juli 21, 2014
No comments
Pemanasan
global atau Global Warming adalah adanya proses
peningkatan suhu
rata-rata atmosfer,
laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata
global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ±
0.32 °F)
selama seratus tahun terakhir.
Dampak pemanasan Global/global warming ini, yaitu
salah satunya adalah terjadinya ketidak stabilan iklim di bumi (pemikiran para
ilmuwan) selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di
beberapa area. Suhu pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang
menguap dari lautan. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga
keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada
atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang
lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa
luar, dimana hal
ini akan menurunkan proses pemanasan. Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan
curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1
persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia
telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering.
Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan
menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan
mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang
memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan
dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Akibatnya pola cuaca menjadi
tidak terprediksi dan lebih ekstrem, sehingga hal sangat berdampak pada
pertanian yaitu menurunnya produktifitas untuk
tanaman-tanaman tertentu, dan juga meningkatnya kemungkinan kegagalan panen
akibat semakin seringnya iklim ekstrim.
Sumber:
Rekayasa Iklim dan Cara Pengukurannya
Senin, Juli 21, 2014
No comments
Penelitian
baru-baru ini mengindikasikan bahwa iklim bisa dikendalikan/direkayasa. Kondisi
atmosfer bisa diakali agar mendapatkan iklim yang baik dengan cara memompakan
partikel mikroskopik ke dalam lapisan stratosfer atau awan untuk mencegah sinar
matahari. Hal ini akan menghilangkan pemanasan global yang disebabkan efek rumah kaca dan dapat dilakukan dalam waktu dekat
ini, asalkan kita terus menerus melakukannya.
Damon Matthews dari Universitas Concordia dan Ken Calderia dari Stanford, ilmuwan di bidang
iklim, melakukan
serangkaian percobaan dalam
rekayasa atmosfer dan simulasi iklim dan menyimpulkan
bahwa kita dapat mengembalikan suhu udara mencapai level yang sama seperti
sebelum masa industri, dengan cara yang cukup mudah dan biaya yang murah dalam
hitungan lima tahun.
Memompakan 20
sampai 25 liter aerosol per detik untuk menjaga jumlah partikel tetap cukup
dalam stratosfer akan menurunkan temperatur, dan menyebabkan karbon dioksida
lebih cepat terserap dari atmosfer. Sampai saat ini yang menjadi masalah adalah
apa yang terjadi jika kita berhenti sebentar, misalnya karena ada perang atau
pergantian situasi politik. Jika pemompaan dihentikan, karbon dioksida akan
kembali dilepaskan ke atmosfer oleh karena panas matahari, dan kita akan
memiliki masalah yang lebih parah.
Paul Crutzen, seorang penerima Nobel di bidang kimia, menyatakan bahwa
meskipun rekayasa iklim dapat dilakukan, bukan berarti hal tersebut harus
dilakukan, ada banyak bahaya yang mengintai. “Lebih mudah jika kita mengurangi
kadar CO2 yang ada sekarang ini” katanya.
Para ilmuwan masih terus melakukan
penelitian akan hal ini, dan saat ini banyak pro dan kontra seputar campur
tangan manusia dalam merekayasa iklim.
Sumber:
http://root.wanxp.net/index.php?option=com_content&task=view&id=649&Itemid=2Minggu, 20 Juli 2014
Klasifikasi iklim dan klim di Indonesia
Minggu, Juli 20, 2014
No comments
Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang
mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu:
1.
Iklim Musim (Iklim Muson): iklim yang sangat di pengaruhi oleh angin
musiman yang berubah-ubah tiap priode tertentu (6 bulan).Iklim musim terdiri
dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur
laut (Muson Tumur).
2.
Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas): iklim yang terjadi pada wilayah yang berada di
sekitar garis khatulistiwa yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan.
3.
Iklim Laut: Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki
banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab
dan curah hujan yang tinggi.
Akan tetapi secara umum iklm di bumi secara umum
di Klasifikasi menjadi
A.Iklim
Matahari: Pembagian iklim matahari didasarkan pada banyak
sedikitnya sinar matahari/berdasarkan letak dan kedudukan matahari terhadap
permukaan bumi.
B.Iklim
Fisis: iklim berdasarkan pengaruh
lingkungan alam yang terdapat di bumi.
C.Iklim
Junghuhn: berdasarkan ketinggian
tempat (penelitiann F. Junghuhn di Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi Bandung).
D.Iklim
Koppen: Pada tahun 1918 Dr
Wladimir Koppen (ahli ilmu iklim dari Jerman) membuat klasifikasi iklim seluruh
dunia berdasarkan suhu dan kelembaban udara.
E. Iklim
Thornthwaite: C.W.Thornthwaite
(1993) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada curah hujan yang sangat
penting untuk tanaman.
F. Iklim
Mohr: Berdasarkan penelitian tanah,Mohr membagi tiga
derajat kelembapan dari bulan-bulan sepajang tahun
G.Iklim
schimdt dan ferguson: Klasifikasi ini merupakan
modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr.
H.Iklim oldeman: Klasifikasi iklim ini
diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi dan palawija.
Faktor yang Mampengaruhi Tingkat Konsumen
Minggu, Juli 20, 2014
No comments
Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi
pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private
consumption).
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi
rumah tangga, antara lain :
1.
Faktor Ekonomi
Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi
dilihat dari faktor ekonomi, yaitu :
a. Pendapatan Rumah Tangga ( Household Income )
Pendapatan rumah tangga amat
besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat
pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan
meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi
menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif,
setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
b. Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth )
Tercakup dalam pengertian
kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah, tanah, dan mobil) dan
financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan
tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposable.
c. Tingkat Bunga ( Interest Rate )
Tingkat bunga yang tinggi
dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka
biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal.
Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan
meminjam dari bank atau menggunakan kartu kredit, biaya bunga semakin mahal,
sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi.
d. Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The
Future)
Faktor-faktor internal yang
dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga antara lain
pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota keluarga yang telah
bekerja.
Sedangkan faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian domestik dan
internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan
pemerintah.
e. Jumlah Barang-barangt Konsumsi Tahan Lama Dalam
Masyarakat
Pengeluaran
konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang konsumsi tahan
lama (consumers durables). Pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat
positif (menambah) dan negatif (mengurangi). Barang-barang tahan lama biasnya
harganya mahal, yang untuk memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung.
Apabila membelinya secara tunai, maka sebelum membeli harus banyak menabung.
f. Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan
Distribusi Pendapatan
Keinginan
pemerintah untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan ternyata
akan menyebabkan bertambhanya pengeluaran konsumsi masyarakat secara
keseluruhan.
2.
Faktor Demografi (kependudukan)
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat konsumsi dilihat dari faktor demografi (kependudukan),
yaitu :
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi
secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga
relative rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila
jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
b. Komposisi Penduduk
Pengaruh
komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain :
1. Makin banyak penduduk
yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi.
Sebab makinpendudukyang bekerja, penghasilan juga makin besar.
2.
Makin tinggi
tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab
pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi maka
kebutuhan hidupnya makin banyak.
3. Makin banyak
penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga
semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif
dibanding masyarakat pedesaan.
3.
Faktor-faktor Non Ekonomi
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat
konsumsi yakni faktor non-ekonomi :
Faktor non ekonomi yang
paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat.
Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai
karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal.
Contoh paling kongkrit di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja di
pasar tradisional ke pasar swalayan.
Faktor lainnya seperti :
a. Kebiasaan
Adat Sosial Budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi
tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk
hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil.
b. Gaya
Hidup Seseorang
Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki
tingkat pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah
dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.
Sumber:
http://wardayadi.wordpress.com/materi-ajar/kelas-x/konsumsi-dan-tabungan-dan-investasi/ tentang Pembelajaran Ekonomi.
http://unnesdiskusi.blogspot.com/2007/08/teori-konsumsi.html tentang Teori Konsumsi.
NAMA : ADE RAMA GAY
NIM :
A1H011049
KELAS :
PIE TP 2012
TUGAS :
II (PIE)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KOMSUMSI
Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi
pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private
consumption).
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi
rumah tangga, antara lain :
1.
Faktor Ekonomi
Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi
dilihat dari faktor ekonomi, yaitu :
a. Pendapatan Rumah Tangga ( Household Income )
Pendapatan rumah tangga amat
besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat
pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan
meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi
menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif,
setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
b. Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth )
Tercakup dalam pengertian
kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah, tanah, dan mobil) dan
financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan
tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposable.
c. Tingkat Bunga ( Interest Rate )
Tingkat bunga yang tinggi
dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka
biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal.
Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan
meminjam dari bank atau menggunakan kartu kredit, biaya bunga semakin mahal,
sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi.
d. Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The
Future)
Faktor-faktor internal yang
dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga antara lain
pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota keluarga yang telah
bekerja.
Sedangkan faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian domestik dan
internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan
pemerintah.
e. Jumlah Barang-barangt Konsumsi Tahan Lama Dalam
Masyarakat
Pengeluaran
konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang konsumsi tahan
lama (consumers durables). Pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat
positif (menambah) dan negatif (mengurangi). Barang-barang tahan lama biasnya
harganya mahal, yang untuk memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung.
Apabila membelinya secara tunai, maka sebelum membeli harus banyak menabung.
f. Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan
Distribusi Pendapatan
Keinginan
pemerintah untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan ternyata
akan menyebabkan bertambhanya pengeluaran konsumsi masyarakat secara
keseluruhan.
2.
Faktor Demografi (kependudukan)
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat konsumsi dilihat dari faktor demografi (kependudukan),
yaitu :
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi
secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga
relative rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila
jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
b. Komposisi Penduduk
Pengaruh
komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain :
1. Makin banyak penduduk
yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi.
Sebab makinpendudukyang bekerja, penghasilan juga makin besar.
2.
Makin tinggi
tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab
pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi maka
kebutuhan hidupnya makin banyak.
3. Makin banyak
penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga
semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif
dibanding masyarakat pedesaan.
3.
Faktor-faktor Non Ekonomi
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat
konsumsi yakni faktor non-ekonomi :
Faktor non ekonomi yang
paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat.
Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai
karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal.
Contoh paling kongkrit di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja di
pasar tradisional ke pasar swalayan.
Faktor lainnya seperti :
a. Kebiasaan
Adat Sosial Budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi
tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk
hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil.
b. Gaya
Hidup Seseorang
Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki
tingkat pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah
dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.
Sumber:
http://wardayadi.wordpress.com/materi-ajar/kelas-x/konsumsi-dan-tabungan-dan-investasi/ tentang Pembelajaran Ekonomi.
http://unnesdiskusi.blogspot.com/2007/08/teori-konsumsi.html tentang Teori Konsumsi.
Resensi, Sragnasi Ekonomi dan Ekspansi
Minggu, Juli 20, 2014
No comments
Oleh
: Ade Rama Gay
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam dunia
ekonomi tidak jarang di umpai berbagai masalah-masalah, sehingga dapat
menggangggu perekonomian suatu negara atau semacamnya. Dari masalah-masalah ekonomi
yang ada, diantaranya adalah Resensi, Stagnasi ekonomi dan ekspansi.
Karenanya,
perlu pengantisipasi yang baik untuk untuk mengtisipasi adanya masalah
tersebut.
B. Rumusan
Masalah
1.
Pengerian
dari Resinsi, Stagnasi ekonomi dan ekspansi.
2.
contoh
kasus yang pernah terjadi (di Indonesia atau dunia).
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahuai pengerian dari Resinsi, Stagnasi ekonomi dan ekspansi.
3.
Untuk
mengetahui contoh kasus dari Resinsi, Stagnasi ekonomi dan ekspansi yang pernah
terjadi (di Indonesia atau dunia).
BAB
II
KONTRUKSI
ARGUMEN
A. Pengertian
Resinsi, Stagnasi ekonomi dan ekspansi.
1. Resensi
Resesi adalah kondisi
ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil
bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
2.
Stagnasi ekonomi
Stagnasi ekonomi adalah
suatu keadaan di mana tingkat pertumbuhan
ekonomi berjalan
lambat (biasanya diukur berdasarkan pertumbuhan GDP)
pada suatu periode tertentu.
3.
Ekspansi
Ekspansi adalah tindakan
aktif untuk memperluas dan memperbesar cakupan usaha yang telah ada.
B. Contoh
Kasus.
1. Resensi
contoh kasus yang pernah terjadi:
a.
resesi
global tahun 2008
Terjadinya
krisis ekonomi global dikarenakan Jatuhnya perekonomian Amerika Serikat
belakangan ini telah memunculkan kekhawatiran akan krisis ekonomi yang
berdampak lebih luas dan lebih dalam. Kerugian yang dialami oleh sektor
keuangan AS akibat kredit macet sektor perumahan diperkirakan mencapai kisaran
350-600 miliar dollar. Hilangnya kapital dengan jumlah fenomenal tersebut
menyebabkan menurunnya angka pertumbuhan ekonomi AS sebagai akibat langsung
dari tersendatnya ekonomi sektor riil.
Sebagai
langkah darurat, bank sentral AS telah melakukan pemotongan tingkat suku bunga
bank sentral sebagai upaya menggerakkan roda ekonomi. Namun langkah ini
ternyata dianggap dapat menimbulkan ancaman inflasi. Pilihan dilematis harus
segera diputuskan oleh otoritas keuangan AS. Apakah pemotongan tingkat suku
bunga tetap akan dijalankan dengan resiko inflasi? Pilihan lainnya adalah
langkah rate cuts reversal (mempertahankan atau menaikkan kembali tingkat suku
bunga) yang memiliki resiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan berpotensi
menyebabkan resesi.
Dalam
istilah makroekonomi, resesi berarti penurunan GDP (gross domestic products)
suatu negara atau adanya pertumbuhan ekonomi negatif selama dua periode
triwulan atau lebih. Jika resesi ini diikuti dengan naiknya harga barang secara
umum (inflasi), maka fenomena yang terjadi biasanya disebut sebagai stagflasi.
Fenomena resesi biasanya berlangsung singkat dan memiliki periode tertentu.
Resesi juga seringkali disebut sebagai kontraksi ekonomi. Namun jika resesi
berlangsung cukup lama, maka fenomena yang terjadi akan berkembang menjadi
sebuah ‘depresi ekonomi’ (economic depression).
Kekhawatiran
akan terjadinya resesi di tahun 2008 ini dipicu oleh beberapa peristiwa penting
dalam indikator ekonomi makro AS belakangan ini. Banyak analis memprediksikan
bahwa resesi AS akan terjadi di kuarter perrtama tahun 2008 ini. Jika prediksi
ini benar-benar terjadi, kemungkinan besar AS akan sulit keluar dari resesi
tersebut mengingat tingkat likuiditas yang rendah dan banyaknya kasus kredit
macet yang dipicu kasus subprime mortgage baru-baru ini.
Beberapa
indikator resesi yang dapat dilihat secara kasat mata saat ini antara lain
semakin lemahnya daya serap pasar tenaga kerja di AS, daya beli masyarakat AS
yang turun drastis sehingga berpotensi menekan pelaku industri, defisit
perdagangan dan government spending AS yang banyak sekali dihabiskan untuk
perang, serta kerugian dari kasus kredit macet sektor perumahan yang jumlahnya
fenomenal dan mengguncang fondasi ekonomi AS.
Banyak
yang pesimis dengan peran The Fed dalam mengatasi krisis keuangan yang terjadi
saat ini. Dikatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh The Fed adalah sesuatu yang
percuma, ‘It’s too little, too late’. Usaha bank sentral dipandang hanya akan
menyediakan “lantai” untuk hard landing dan tidak akan mencegah hard landing
tersebut.
Yang
dikhawatirkan saat ini adalah suplai uang yang begitu besar telah diinjeksikan
ke dalam masyarakat melalui tingkat suku bunga rendah dan berbagai program
pinjaman pemerintah (bantuan likuiditas). Namun jika modal-modal tersebut
dibiarkan begitu saja tanpa digunakan untuk memutar roda aktivitas ekonomi,
maka uang yang beredar di masyarakat akan semakin melimpah dan mengendap.
Inilah yang berpotensi untuk menciptakan inflasi.
Masalahnya,
dengan kondisi perekonomian yang masih labil, kalangan industri dan usaha
lainnya enggan untuk mengambil resiko untuk mengembangkan usahanya di saat-saat
kritis seperti saat ini. Sebenarnya pemerintah AS telah meng-encourage para
pelaku pasar dengan berbagai stimulus ekonomi demi menjalankan kembali
perekonomian. Namun masalahnya adalah para pelaku pasar belum dapat percaya
pada situasi ekonomi saat ini. Sentimen positif yang ditunggu oleh pemerintah
AS tidak juga datang, malah ancaman inflasi yang semakin mengancam mengingat
gagalnya berbagai stimulus tersebut.
Lalu
mengapa kebijakan moneter AS saat ini dianggap tidak efektif dalam mengatasi
krisis keuangan AS saat ini? Ada tiga alasan utama mengapa kebijakan yang
dijalankan The Fed dan pemerintah AS belum dapat dikatakan efektif. Yang
pertama adalah eksistensi dari non-bank financial system. Atau seringkali
disebut sebagai ‘shadow banking system’. Mulai dari institusi hedge funds,
pasar modal, sovereign wealth funds, bank-bank investasi dan lainnya. Kelemahan
dari shadow banking system ini terletak pada kecenderungan spekulasi yang
seringkali mereka lakukan. Tingkat resiko yang tinggi dari aktivitas ekonomi
mereka menjadi sebuah ancaman bagi financial recovery yang sedang dijalankan
oleh pemerintah AS.
Yang
kedua adalah AS tidak hanya ‘terluka’ dari ilikuiditas namun menderita banyak
kebangkrutan. Pada kasus tahun 1998, masalahnya hanya terletak pada likuiditas,
sehingga kebijakan easy money cukup efektif untuk dilakukan. Saat ini, lebih
dari 200 institusi keuangan yang dulu bertindak sebagai mortgage lenders
(pemberi pinjaman) telah bangkrut. Krisis kali ini tidak dapat dipecahkan hanya
dengan “throw some money at the problem”.
Yang
terakhir adalah atmosfir ekonomi yang dipenuhi dengan ketidakpastian; bukan
resiko. Resiko dalam aktivitas ekonomi merupakan sesuatu yang bisa diukur dan
dapat dikendalikan. Namun ketidakpastian sama sekali tidak dapat diukur dan
justru akan merusak aktivitas ekonomi. Ketidakpastian ini berbuntut
ketidakpercayaan. Dan akhirnya, suntikan dana yang begitu besar justru tertahan
di sistem-sistem perbankan karena pelaku pasar masih takut untuk kembali
berinvestasi.
Banyak
analis mengatakan bahwa jika AS mengalami soft landing atau berhasil
menghindari resesi, maka ekonomi global akan mengalami de-coupling dan tidak
akan terlalu terpengaruh oleh kondisi keuangan AS. Namun jika yang terjadi
adalah hard landing maka kemungkinan re-coupling akan sangat besar terjadi dan
ekonomi dunia akan terseret ikut menuju global economy slowdown.
Pada
tahun 2007, AS berhasil meminimalisir dampak sementara dari krisis kredit macet
yang menyebabkan kepanikan global. AS dapat dikatakan berhasil melakukan soft
landing. Ekonomi dunia pada saat itu pun tidak terpengaruh secara signifikan.
Jatuhnya saham global pun berhasil pulih dalam jangka waktu tiga hari hingga
seminggu.
Namun
prediksi resesi yang akan terjadi di kuarter pertama tahun 2008 nampaknya
memiliki potensi untuk menjadi kenyataan. Jelas bahwa krisis ekonomi AS saat
ini terjadi tidak hanya disebabkan oleh buruknya pengawasan likuiditas
finansial saja. Kebijakan easy money belum akan dapat mengatasi masalah karena
yang saat ini menjadi akar masalah adalah atmosfir ketidakpastian dan
ketidakpercayaan pelaku usaha untuk kembali menjalankan aktivitas usahanya.
Kebijakan moneter baru dapat efektif jika dapat diikuti dengan pemulihan
kepercayaan terhadap institusi perbankan dan insitusi pemeringkat yang saat ini
dijadikan kambing hitam atas lemahnya safeguard ekonomi AS. Nampaknya dunia
memang harus bersiap menghadapi kemungkinan yang terburuk. (Di kutip dari kompas.com)
b.
Jepang
Masuki Masa Resesi tahun 2008
Ekonomi
Jepang, terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, jatuh ke jurang resesi
dalam kuartal ketiga tahun ini karena perusahaan-perusahaan memangkas
investasinya akibat krisis finansial global, data resmi menunjukkan, Senin
(17/11).
Ekonomi
Jepang mengalami kontraksi 0,1 persen dalam tiga bulan hingga September setelah
menyusut 0,9 persen dalam kuartal kedua tahun ini, menurut sebuah estimasi awal
yang dirilis oleh kantor kabinet. Produk domestik bruto (PDB) mengalami
kontraksi pada tingkat tahunan 0,4 persen, kata estimasi kantor kabinet.
Kondisi
ekonomi terbesar Asia terakhir itu lebih suram dari perkiraan para analis yang
rata-rata memproyeksikan tumbuh 0,1 persen kuartal ke kuartal.
Jepang
bersama Jerman dan Italia adalah anggota Kelompok Delapan Ekonomi Maju (G-8)
yang secara resmi telah menyatakan mengalami resesi yang biasanya didefinisikan
sebagai dua kuartal atau lebih berturut-turut mencatat pertumbuhan negatif.
Data
resmi lainnya pada Jumat menunjukkan bahwa zona euro secara keseluruhan
juga mengalami resesi. Kontraksi ekonomi Jepang terutama akibat penurunan
investasi usaha 1,7 persen dalam kuartal ketiga.
Setelah
menderita serangkaian resesi dalam tahun 1990-an menyusul ledakan gelembung (bubble) ekonomi, Jepang
telah mengalami pemulihan secara perlahan didukung oleh cerahnya ekspor dan
investasi bisnis.
Namun,
laba perusahaan yang sekarang merosot karena ekspor menderita akibat pelambatan
ekonomi global, mendorong perusahaan-perusahaan memangkas investasinya dalam
pabrik-pabrik dan peralatan baru yang telah menjadi motor utama pertumbuhan
perekonomian.
Para
analis memperkirakan, sedikit prospek pemulihan pada waktu mendatang.
Ekonomi Jepang diperkirakan mengalami kontraksi 0,1 persen pada 2009, menurut
Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang berbasis di Paris.
Indeks
Nikkei saham Jepang turun 1,30 persen pada pembukaan perdagangan setelah data
ekonomi ternyata lebih buruk daripada perkiraan. (Di kutip dari kompas.com)
2. Stagnasi
ekonomi
contoh kasus yang pernah terjadi:
a. Jepang mengalami stagnasi tahun 1980
akibat kenaikan kurs yen
Bank Sentral Jepang melakukan intervensi untuk melemahkan
kurs yen. Hal itu dilakukan dengan mengguyurkan dana sekitar 1 triliun yen
untuk membeli dollar AS. Kurs yen terhadap dollar AS di pasar London, Rabu
(15/9), naik menjadi 85,53 yen.
Sebelum intervensi, kurs yen adalah 83,00 yen per dollar
AS. Bank Sentral Jepang (BoJ) beraksi setelah kurs yen melonjak terhadap dollar
AS dan mencapai level tertinggi dalam 15 tahun terakhir, atau terendah bagi
kurs dollar AS periode yang sama.
Intervensi ini merupakan yang pertama dalam enam tahun
terakhir. Intervensi bertujuan menolong perekonomian Jepang yang sedang sulit.
Tingginya kurs yen terhadap dollar AS membuat harga ekspor Jepang menjadi lebih
mahal.
Salah seorang pejabat dari Kementerian Keuangan Jepang
mengatakan bahwa intervensi tersebut juga bertujuan untuk melawan aksi
spekulasi terhadap yen. ”Kami melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk
mengurangi fluktuasi pada valuta asing,” ujar Menteri Keuangan Yoshiko Noda.
Kenaikan kurs yen merupakan sebuah keanehan karena
perekonomian Jepang mengalami stagnasi sejak dekade 1980-an. Bahkan, dikatakan,
yen tetap berpotensi untuk kembali menguat. ”Saya rasa yen memiliki 60 persen
kesempatan untuk menguat,” ujar Hideki Amikura Wakil Manajer Umum pada Nomura
Trust and Banking.
Dia memperkirakan akan ada pembelian yen dalam jumlah
besar dari para eksportir yang melakukan repatriasi dari hasil ekspor, ketika
kurs dollar AS berada di level 85 yen.
”Sejak Selasa yen terus menguat. Di negara kita, deflasi
terus terjadi dan kita berada pada keadaan perekonomian yang sulit,” ujar
Menkeu Jepang. Spekulasi dinilai sebagai faktor pendorong kebaikan yen.
Layani spekulan
Jepang menyatakan harus mengambil tindakan dalam beberapa
hari ini. ”Ketika terjadi intervensi, akan ada pembeli baru dan penjual baru.
Kami akan terus melayani mereka dengan baik,” ujar salah seorang pejabat
Kementerian Keuangan.
Pemerintah Jepang tidak memiliki target tertentu akan
membawa kurs yen sampai pada level tertentu. Jika mengacu pada sejarah yang
telah terjadi, Jepang harus mengeluarkan dana sebesar 35 triliun yen untuk
menekan kurs yen pada periode Januari 2003 hingga Maret 2004.
Kajian dari sebuah universitas di Jepang menyatakan bahwa
diperlukan dana 285 miliar yen setiap kali pemerintah ingin mengendalikan yen.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Jepang Tadashi Okamura
mengatakan, tindakan BoJ merupakan langkah yang baik. Okamura menuturkan,
diperlukan lagi langkah selanjutnya untuk menekan yen ke level yang wajar
terhadap dollar AS, sekitar 90-95 yen per dollar AS. ”Intervensi lebih cepat
akan lebih efektif,” ujarnya di Tokyo.
Okamura menyatakan tidak yakin dalam satu kali intervensi
dapat membawa yen ke level 90-an. Namun, dia yakin pemerintah akan bertindak.
Para pimpinan perusahaan, yang mendesak pemerintah
bertindak karena keuntungan dari pasar di luar negeri menipis, tentu saja
menyambut baik intervensi itu. Salah satu pimpinan Sony Corp menyatakan mereka
berharap pemerintah akan terus melakukan langkah yang baik untuk mencegah
kenaikan yen.
Selain itu, pasar saham juga bergairah menyambut tindakan
tersebut. Indeks Nikkei membukukan kenaikan harian terbesar dalam lima pekan
terakhir. Saham-saham eksportir, seperti Toyota Motor Corp dan Sony Corp,
melonjak pesat. Indeks Nikkei ditutup naik 2,3 persen menjadi 9.516,56.
Para analis juga mengingatkan kenaikan harga saham hanya
akan berlaku sementara kalau pemerintah tidak mengambil langkah lanjutan lain
untuk melawan kemerosotan ekonomi. ”Intervensi hanya menutupi luka saja. Itu
bukan penyelesaian yang fundamental,” ujar Okasan Securities Hideyuki
Ishigoro.(AP/AFP/REUTERS/joe). (Di kutip
dari kompas.com)
3. Ekspansi
contoh kasus yang pernah terjadi:
a.
Pabrik
indomi, Indonesia
di dalam
negeri (Indonesia), pabrik indomie telah memproduksi indomie untuk kebutuhan
nasional, karena pasar Asean masih terbuka, maka pabrik indomie tersebut
melakukan ekspansi usahanya ke negara-negara Asean dengan membuka pabrik
indomie baru guna memenuhi kebutuhan dari negara yang bersangkutan.
b. Februari 2010 lalu, BNI Syariah
Ekspansi Jaringan di Batam
BNI Syariah melakukan ekspansi jaringan dengan membuka
kantor cabang baru di Batam Jumat (12/2/2010). Perluasan cabang BNI Syariah ini
dilakukan karena meningkatnya minat masyarakat untuk berbank syariah. Sumber :
JAKARTA, KOMPAS.com
BAB III
KESIMIMPULAN
Berdasarkan Konstruksi Argumen, dapat di simpulkan:
a.
Resesi
adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika
pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam
satu tahun. Contoh kasusnya : resesi global tahun 2008 dan Jepang Masuki Masa
Resesi tahun 2008
b. Stagnasi ekonomi adalah suatu keadaan
di mana tingkat pertumbuhan
ekonomi berjalan
lambat (biasanya diukur berdasarkan pertumbuhan GDP)
pada suatu periode tertentu. Contoh kasusnya : Jepang mengalami stagnasi ahun
1980 akibat kenaikan kurs yen
c.
Ekspansi
adalah tindakan aktif untuk memperluas dan memperbesar cakupan usaha yang telah
ada. Contoh kasusnya : Pabrik indomi, Indonesia dan BNI Syariah Ekspansi
Jaringan di Batam.
DAFTAR
PUSTAKA
haryanimega.blogspot.com/2011/06/resesi.html
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20070929232616AAXL1dU
Cuaca Dan Iklim
Minggu, Juli 20, 2014
No comments
Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda
pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang
dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat
pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan
dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung
dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso,
2003). Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau meteorologi adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan
ruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan
yang juga mengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan
gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang
luas di atmosfer permukaan bumi.
Proses terjadinya
cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel atmosfer yang sama
yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi
surya, suhu udara, kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan
udara dan angin. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat yang disebabkan oleh adanya pengendali-pengendali iklim (Anon, ? ).
Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan perbedaan iklim antara
wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut Lakitan (2002) adalah (1)
posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang), (2) keberadaan
lautan atau permukaan airnya, (3) pola arah angin, (4) rupa permukaan daratan
bumi, dan (5) kerapatan dan jenis vegetasi. Gambar dibawah adalah gambar dari
sistem iklim secara umum.
Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim : 1). Suhu
udara 2). Tekanan udara 3). Angin
4). Kelembaban Udara 5). Curah Hujan 6). Awan
7). Cahaya Matahari 8). Evaporasi
Dalam hubungan dengan pertanian, unsur-unsur cuaca atau iklim beserta
alat pengukurnya adalah sebagai berikut:
No
|
Unsur Cuaca
|
Satuan
|
Nama Alat Ukur
|
1
|
Penerimaan radiasi matahari
|
W.m3
|
solarimeter
|
2
|
Lama penyinaran matahari
|
jam
|
Campbell stukes
|
3
|
Suhu udara
|
oC
|
termometer
|
4
|
Kelembaban udara
|
%
|
Psychsrometer/hygrometer
|
5
|
Kecepatan angin
|
m.s1
|
anemometer
|
6
|
Arah angin
|
o
|
windvane
|
7
|
Curah hujan
|
mm
|
Penakar hujan/ombrumeter
|
8
|
Evepotranspirasi potensial
|
m.m
|
Lisimeter atau dihitung
|
Langganan:
Postingan (Atom)