Klik disini | Testimoni Rama

Saya Ade Rama Gay biasa dipanggil dengan rama. Kehidupan keluarga tergolong sangat sederhana. Orang tua saya ...

Klik disini | Memori SMANSA Bula

Terasa indah jika di ingat kembali saat-saat itu, di saat diriku masih di sebut, dengan sebutan "siswa" ...

Klik disini | Go to JAVA

Aku sekarang di purwokerto, Jawa Tengah dan saat ini lagi mengambil Studi S1, Teknologi ...

Klik disini | Tips merawat mata

Mata adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia karena peranannya ...

Klik disini | Forza Milan

Dalam Sejarahnya Kata FORZA hanya diperuntukan untuk MILAN. Tidak untuk Klub ...

Senin, 15 Desember 2014

Download

Senin, 21 Juli 2014

Hubungan Global Warning, Pertanian dan Iklim


Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
Dampak pemanasan Global/global warming ini, yaitu salah satunya adalah terjadinya ketidak stabilan iklim di bumi (pemikiran para ilmuwan) selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan. Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah  hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Akibatnya  pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem, sehingga hal sangat berdampak pada pertanian yaitu menurunnya produktifitas untuk tanaman-tanaman tertentu, dan juga meningkatnya kemungkinan kegagalan panen akibat semakin seringnya iklim ekstrim.
Sumber:

Rekayasa Iklim dan Cara Pengukurannya



Penelitian baru-baru ini mengindikasikan bahwa iklim bisa dikendalikan/direkayasa. Kondisi atmosfer bisa diakali agar mendapatkan iklim yang baik dengan cara memompakan partikel mikroskopik ke dalam lapisan stratosfer atau awan untuk mencegah sinar matahari. Hal ini akan menghilangkan pemanasan global yang disebabkan efek rumah kaca dan dapat dilakukan dalam waktu dekat ini, asalkan kita terus menerus melakukannya.
Damon Matthews dari Universitas Concordia dan Ken Calderia dari Stanford, ilmuwan di bidang iklim, melakukan serangkaian percobaan dalam rekayasa atmosfer dan simulasi iklim dan menyimpulkan bahwa kita dapat mengembalikan suhu udara mencapai level yang sama seperti sebelum masa industri, dengan cara yang cukup mudah dan biaya yang murah dalam hitungan lima tahun.
Memompakan 20 sampai 25 liter aerosol per detik untuk menjaga jumlah partikel tetap cukup dalam stratosfer akan menurunkan temperatur, dan menyebabkan karbon dioksida lebih cepat terserap dari atmosfer. Sampai saat ini yang menjadi masalah adalah apa yang terjadi jika kita berhenti sebentar, misalnya karena ada perang atau pergantian situasi politik. Jika pemompaan dihentikan, karbon dioksida akan kembali dilepaskan ke atmosfer oleh karena panas matahari, dan kita akan memiliki masalah yang lebih parah.
Paul Crutzen, seorang penerima Nobel di bidang kimia, menyatakan bahwa meskipun rekayasa iklim dapat dilakukan, bukan berarti hal tersebut harus dilakukan, ada banyak bahaya yang mengintai. “Lebih mudah jika kita mengurangi kadar CO2 yang ada sekarang ini” katanya.
Para ilmuwan masih terus melakukan penelitian akan hal ini, dan saat ini banyak pro dan kontra seputar campur tangan manusia dalam merekayasa iklim.

Sumber:
http://root.wanxp.net/index.php?option=com_content&task=view&id=649&Itemid=2

Minggu, 20 Juli 2014

Klasifikasi iklim dan klim di Indonesia


Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu:
1.      Iklim Musim (Iklim Muson): iklim yang sangat di pengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah tiap priode tertentu (6 bulan).Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur).
2.      Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas): iklim yang terjadi pada wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
3.      Iklim Laut: Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.
Akan tetapi secara umum iklm di bumi secara umum di Klasifikasi menjadi
A.Iklim Matahari: Pembagian iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari/berdasarkan letak dan kedudukan matahari terhadap permukaan bumi.
B.Iklim Fisis: iklim berdasarkan pengaruh lingkungan alam yang terdapat di bumi.
C.Iklim Junghuhn: berdasarkan ketinggian tempat (penelitiann F. Junghuhn di Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi Bandung).
D.Iklim Koppen: Pada tahun 1918 Dr Wladimir Koppen (ahli ilmu iklim dari Jerman) membuat klasifikasi iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan kelembaban udara.
E. Iklim Thornthwaite: C.W.Thornthwaite (1993) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada curah hujan yang sangat penting untuk tanaman.
F. Iklim Mohr: Berdasarkan penelitian tanah,Mohr membagi tiga derajat kelembapan dari bulan-bulan sepajang tahun
G.Iklim schimdt dan ferguson: Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr.
 H.Iklim oldeman:   Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi dan palawija. 

Faktor yang Mampengaruhi Tingkat Konsumen



Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption).
A.    Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain :
1.      Faktor Ekonomi
Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi dilihat dari faktor ekonomi, yaitu :
a.   Pendapatan Rumah Tangga ( Household Income )
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
b.   Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth )
Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah, tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposable.
c.   Tingkat Bunga ( Interest Rate )
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau menggunakan kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi.

d.   Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)
Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota keluarga yang telah bekerja.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian domestik dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah.
e.   Jumlah Barang-barangt Konsumsi Tahan Lama Dalam Masyarakat
Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang konsumsi tahan lama (consumers durables). Pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat positif (menambah) dan negatif (mengurangi). Barang-barang tahan lama biasnya harganya mahal, yang untuk memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung. Apabila membelinya secara tunai, maka sebelum membeli harus banyak menabung.
f.    Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Keinginan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan ternyata akan menyebabkan bertambhanya pengeluaran konsumsi masyarakat secara keseluruhan.
2.      Faktor Demografi (kependudukan)
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi dilihat dari faktor demografi (kependudukan), yaitu :
a.   Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relative rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
b.   Komposisi Penduduk
Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain :
1. Makin banyak penduduk yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi. Sebab makinpendudukyang bekerja, penghasilan juga makin besar.
2.  Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak.
3.  Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat pedesaan.      

3.      Faktor-faktor Non Ekonomi
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat konsumsi yakni faktor non-ekonomi :
Faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal. Contoh paling kongkrit di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja di pasar tradisional ke pasar swalayan.
Faktor lainnya seperti :
a.   Kebiasaan Adat Sosial Budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil.
b.   Gaya Hidup Seseorang
Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.

Sumber:


 NAMA  : ADE RAMA GAY
NIM       : A1H011049
KELAS : PIE TP 2012
TUGAS : II (PIE)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KOMSUMSI

Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption).
A.    Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain :
1.      Faktor Ekonomi
Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi dilihat dari faktor ekonomi, yaitu :
a.   Pendapatan Rumah Tangga ( Household Income )
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
b.   Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth )
Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah, tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposable.
c.   Tingkat Bunga ( Interest Rate )
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau menggunakan kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi.

d.   Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)
Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota keluarga yang telah bekerja.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian domestik dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah.
e.   Jumlah Barang-barangt Konsumsi Tahan Lama Dalam Masyarakat
Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang konsumsi tahan lama (consumers durables). Pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat positif (menambah) dan negatif (mengurangi). Barang-barang tahan lama biasnya harganya mahal, yang untuk memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung. Apabila membelinya secara tunai, maka sebelum membeli harus banyak menabung.
f.    Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Keinginan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan ternyata akan menyebabkan bertambhanya pengeluaran konsumsi masyarakat secara keseluruhan.
2.      Faktor Demografi (kependudukan)
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi dilihat dari faktor demografi (kependudukan), yaitu :
a.   Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relative rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
b.   Komposisi Penduduk
Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain :
1. Makin banyak penduduk yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi. Sebab makinpendudukyang bekerja, penghasilan juga makin besar.
2.  Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak.
3.  Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat pedesaan.      

3.      Faktor-faktor Non Ekonomi
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat konsumsi yakni faktor non-ekonomi :
Faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal. Contoh paling kongkrit di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja di pasar tradisional ke pasar swalayan.
Faktor lainnya seperti :
a.   Kebiasaan Adat Sosial Budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil.
b.   Gaya Hidup Seseorang
Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.

Sumber:


Resensi, Sragnasi Ekonomi dan Ekspansi

Oleh : Ade Rama Gay

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam dunia ekonomi tidak jarang di umpai berbagai masalah-masalah, sehingga dapat menggangggu perekonomian suatu negara atau semacamnya. Dari masalah-masalah ekonomi yang ada, diantaranya adalah Resensi, Stagnasi ekonomi dan ekspansi.
            Karenanya, perlu pengantisipasi yang baik untuk untuk mengtisipasi adanya masalah tersebut.
B.  Rumusan Masalah
1.    Pengerian dari Resinsi, Stagnasi ekonomi dan ekspansi.
2.    contoh kasus yang pernah terjadi (di Indonesia atau dunia).
C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahuai pengerian dari Resinsi, Stagnasi ekonomi dan ekspansi.
3.    Untuk mengetahui contoh kasus dari Resinsi, Stagnasi ekonomi dan ekspansi yang pernah terjadi (di Indonesia atau dunia).

BAB II
KONTRUKSI ARGUMEN
A.  Pengertian Resinsi, Stagnasi ekonomi dan ekspansi.
1.    Resensi
Resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
2.    Stagnasi ekonomi
Stagnasi ekonomi adalah suatu keadaan di mana tingkat pertumbuhan ekonomi berjalan lambat (biasanya diukur berdasarkan pertumbuhan GDP) pada suatu periode tertentu.
3.    Ekspansi
Ekspansi adalah tindakan aktif untuk memperluas dan memperbesar cakupan usaha yang telah ada.
B.  Contoh Kasus.

1.   Resensi
contoh kasus yang pernah terjadi:
a.    resesi global tahun 2008
Terjadinya krisis ekonomi global dikarenakan Jatuhnya perekonomian Amerika Serikat belakangan ini telah memunculkan kekhawatiran akan krisis ekonomi yang berdampak lebih luas dan lebih dalam. Kerugian yang dialami oleh sektor keuangan AS akibat kredit macet sektor perumahan diperkirakan mencapai kisaran 350-600 miliar dollar. Hilangnya kapital dengan jumlah fenomenal tersebut menyebabkan menurunnya angka pertumbuhan ekonomi AS sebagai akibat langsung dari tersendatnya ekonomi sektor riil.
Sebagai langkah darurat, bank sentral AS telah melakukan pemotongan tingkat suku bunga bank sentral sebagai upaya menggerakkan roda ekonomi. Namun langkah ini ternyata dianggap dapat menimbulkan ancaman inflasi. Pilihan dilematis harus segera diputuskan oleh otoritas keuangan AS. Apakah pemotongan tingkat suku bunga tetap akan dijalankan dengan resiko inflasi? Pilihan lainnya adalah langkah rate cuts reversal (mempertahankan atau menaikkan kembali tingkat suku bunga) yang memiliki resiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan berpotensi menyebabkan resesi.
Dalam istilah makroekonomi, resesi berarti penurunan GDP (gross domestic products) suatu negara atau adanya pertumbuhan ekonomi negatif selama dua periode triwulan atau lebih. Jika resesi ini diikuti dengan naiknya harga barang secara umum (inflasi), maka fenomena yang terjadi biasanya disebut sebagai stagflasi. Fenomena resesi biasanya berlangsung singkat dan memiliki periode tertentu. Resesi juga seringkali disebut sebagai kontraksi ekonomi. Namun jika resesi berlangsung cukup lama, maka fenomena yang terjadi akan berkembang menjadi sebuah ‘depresi ekonomi’ (economic depression).
Kekhawatiran akan terjadinya resesi di tahun 2008 ini dipicu oleh beberapa peristiwa penting dalam indikator ekonomi makro AS belakangan ini. Banyak analis memprediksikan bahwa resesi AS akan terjadi di kuarter perrtama tahun 2008 ini. Jika prediksi ini benar-benar terjadi, kemungkinan besar AS akan sulit keluar dari resesi tersebut mengingat tingkat likuiditas yang rendah dan banyaknya kasus kredit macet yang dipicu kasus subprime mortgage baru-baru ini.
Beberapa indikator resesi yang dapat dilihat secara kasat mata saat ini antara lain semakin lemahnya daya serap pasar tenaga kerja di AS, daya beli masyarakat AS yang turun drastis sehingga berpotensi menekan pelaku industri, defisit perdagangan dan government spending AS yang banyak sekali dihabiskan untuk perang, serta kerugian dari kasus kredit macet sektor perumahan yang jumlahnya fenomenal dan mengguncang fondasi ekonomi AS.
Banyak yang pesimis dengan peran The Fed dalam mengatasi krisis keuangan yang terjadi saat ini. Dikatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh The Fed adalah sesuatu yang percuma, ‘It’s too little, too late’. Usaha bank sentral dipandang hanya akan menyediakan “lantai” untuk hard landing dan tidak akan mencegah hard landing tersebut.
Yang dikhawatirkan saat ini adalah suplai uang yang begitu besar telah diinjeksikan ke dalam masyarakat melalui tingkat suku bunga rendah dan berbagai program pinjaman pemerintah (bantuan likuiditas). Namun jika modal-modal tersebut dibiarkan begitu saja tanpa digunakan untuk memutar roda aktivitas ekonomi, maka uang yang beredar di masyarakat akan semakin melimpah dan mengendap. Inilah yang berpotensi untuk menciptakan inflasi.
Masalahnya, dengan kondisi perekonomian yang masih labil, kalangan industri dan usaha lainnya enggan untuk mengambil resiko untuk mengembangkan usahanya di saat-saat kritis seperti saat ini. Sebenarnya pemerintah AS telah meng-encourage para pelaku pasar dengan berbagai stimulus ekonomi demi menjalankan kembali perekonomian. Namun masalahnya adalah para pelaku pasar belum dapat percaya pada situasi ekonomi saat ini. Sentimen positif yang ditunggu oleh pemerintah AS tidak juga datang, malah ancaman inflasi yang semakin mengancam mengingat gagalnya berbagai stimulus tersebut.
Lalu mengapa kebijakan moneter AS saat ini dianggap tidak efektif dalam mengatasi krisis keuangan AS saat ini? Ada tiga alasan utama mengapa kebijakan yang dijalankan The Fed dan pemerintah AS belum dapat dikatakan efektif. Yang pertama adalah eksistensi dari non-bank financial system. Atau seringkali disebut sebagai ‘shadow banking system’. Mulai dari institusi hedge funds, pasar modal, sovereign wealth funds, bank-bank investasi dan lainnya. Kelemahan dari shadow banking system ini terletak pada kecenderungan spekulasi yang seringkali mereka lakukan. Tingkat resiko yang tinggi dari aktivitas ekonomi mereka menjadi sebuah ancaman bagi financial recovery yang sedang dijalankan oleh pemerintah AS.
Yang kedua adalah AS tidak hanya ‘terluka’ dari ilikuiditas namun menderita banyak kebangkrutan. Pada kasus tahun 1998, masalahnya hanya terletak pada likuiditas, sehingga kebijakan easy money cukup efektif untuk dilakukan. Saat ini, lebih dari 200 institusi keuangan yang dulu bertindak sebagai mortgage lenders (pemberi pinjaman) telah bangkrut. Krisis kali ini tidak dapat dipecahkan hanya dengan “throw some money at the problem”.
Yang terakhir adalah atmosfir ekonomi yang dipenuhi dengan ketidakpastian; bukan resiko. Resiko dalam aktivitas ekonomi merupakan sesuatu yang bisa diukur dan dapat dikendalikan. Namun ketidakpastian sama sekali tidak dapat diukur dan justru akan merusak aktivitas ekonomi. Ketidakpastian ini berbuntut ketidakpercayaan. Dan akhirnya, suntikan dana yang begitu besar justru tertahan di sistem-sistem perbankan karena pelaku pasar masih takut untuk kembali berinvestasi.
Banyak analis mengatakan bahwa jika AS mengalami soft landing atau berhasil menghindari resesi, maka ekonomi global akan mengalami de-coupling dan tidak akan terlalu terpengaruh oleh kondisi keuangan AS. Namun jika yang terjadi adalah hard landing maka kemungkinan re-coupling akan sangat besar terjadi dan ekonomi dunia akan terseret ikut menuju global economy slowdown.
Pada tahun 2007, AS berhasil meminimalisir dampak sementara dari krisis kredit macet yang menyebabkan kepanikan global. AS dapat dikatakan berhasil melakukan soft landing. Ekonomi dunia pada saat itu pun tidak terpengaruh secara signifikan. Jatuhnya saham global pun berhasil pulih dalam jangka waktu tiga hari hingga seminggu.
Namun prediksi resesi yang akan terjadi di kuarter pertama tahun 2008 nampaknya memiliki potensi untuk menjadi kenyataan. Jelas bahwa krisis ekonomi AS saat ini terjadi tidak hanya disebabkan oleh buruknya pengawasan likuiditas finansial saja. Kebijakan easy money belum akan dapat mengatasi masalah karena yang saat ini menjadi akar masalah adalah atmosfir ketidakpastian dan ketidakpercayaan pelaku usaha untuk kembali menjalankan aktivitas usahanya. Kebijakan moneter baru dapat efektif jika dapat diikuti dengan pemulihan kepercayaan terhadap institusi perbankan dan insitusi pemeringkat yang saat ini dijadikan kambing hitam atas lemahnya safeguard ekonomi AS. Nampaknya dunia memang harus bersiap menghadapi kemungkinan yang terburuk. (Di kutip dari kompas.com)
b.    Jepang Masuki Masa Resesi tahun 2008
Ekonomi Jepang, terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, jatuh ke jurang resesi dalam kuartal ketiga tahun ini karena perusahaan-perusahaan memangkas investasinya akibat krisis finansial global, data resmi menunjukkan, Senin (17/11).
Ekonomi Jepang mengalami kontraksi 0,1 persen dalam tiga bulan hingga September setelah menyusut 0,9 persen dalam kuartal kedua tahun ini, menurut sebuah estimasi awal yang dirilis oleh kantor kabinet. Produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi pada tingkat tahunan 0,4 persen, kata estimasi kantor kabinet.
Kondisi ekonomi terbesar Asia terakhir itu lebih suram dari perkiraan para analis yang rata-rata memproyeksikan tumbuh 0,1 persen kuartal ke kuartal.
Jepang bersama Jerman dan Italia adalah anggota Kelompok Delapan Ekonomi Maju (G-8) yang secara resmi telah menyatakan mengalami resesi yang biasanya didefinisikan sebagai dua kuartal atau lebih berturut-turut mencatat pertumbuhan negatif.
Data resmi lainnya pada Jumat menunjukkan bahwa zona euro secara keseluruhan juga mengalami resesi. Kontraksi ekonomi Jepang terutama akibat penurunan investasi usaha 1,7 persen dalam kuartal ketiga.
Setelah menderita serangkaian resesi dalam tahun 1990-an menyusul ledakan gelembung (bubble) ekonomi, Jepang telah mengalami pemulihan secara perlahan didukung oleh cerahnya ekspor dan investasi bisnis.
Namun, laba perusahaan yang sekarang merosot karena ekspor menderita akibat pelambatan ekonomi global, mendorong perusahaan-perusahaan memangkas investasinya dalam pabrik-pabrik dan peralatan baru yang telah menjadi motor utama pertumbuhan perekonomian.
Para analis memperkirakan, sedikit prospek pemulihan pada waktu mendatang. Ekonomi Jepang diperkirakan mengalami kontraksi 0,1 persen pada 2009, menurut Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang berbasis di Paris.
Indeks Nikkei saham Jepang turun 1,30 persen pada pembukaan perdagangan setelah data ekonomi ternyata lebih buruk daripada perkiraan. (Di kutip dari kompas.com)
2.   Stagnasi ekonomi
contoh kasus yang pernah terjadi:
a.    Jepang mengalami stagnasi tahun 1980 akibat kenaikan kurs yen

Bank Sentral Jepang melakukan intervensi untuk melemahkan kurs yen. Hal itu dilakukan dengan mengguyurkan dana sekitar 1 triliun yen untuk membeli dollar AS. Kurs yen terhadap dollar AS di pasar London, Rabu (15/9), naik menjadi 85,53 yen.
Sebelum intervensi, kurs yen adalah 83,00 yen per dollar AS. Bank Sentral Jepang (BoJ) beraksi setelah kurs yen melonjak terhadap dollar AS dan mencapai level tertinggi dalam 15 tahun terakhir, atau terendah bagi kurs dollar AS periode yang sama.
Intervensi ini merupakan yang pertama dalam enam tahun terakhir. Intervensi bertujuan menolong perekonomian Jepang yang sedang sulit. Tingginya kurs yen terhadap dollar AS membuat harga ekspor Jepang menjadi lebih mahal.
Salah seorang pejabat dari Kementerian Keuangan Jepang mengatakan bahwa intervensi tersebut juga bertujuan untuk melawan aksi spekulasi terhadap yen. ”Kami melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi pada valuta asing,” ujar Menteri Keuangan Yoshiko Noda.
Kenaikan kurs yen merupakan sebuah keanehan karena perekonomian Jepang mengalami stagnasi sejak dekade 1980-an. Bahkan, dikatakan, yen tetap berpotensi untuk kembali menguat. ”Saya rasa yen memiliki 60 persen kesempatan untuk menguat,” ujar Hideki Amikura Wakil Manajer Umum pada Nomura Trust and Banking.
Dia memperkirakan akan ada pembelian yen dalam jumlah besar dari para eksportir yang melakukan repatriasi dari hasil ekspor, ketika kurs dollar AS berada di level 85 yen.
”Sejak Selasa yen terus menguat. Di negara kita, deflasi terus terjadi dan kita berada pada keadaan perekonomian yang sulit,” ujar Menkeu Jepang. Spekulasi dinilai sebagai faktor pendorong kebaikan yen.
Layani spekulan
Jepang menyatakan harus mengambil tindakan dalam beberapa hari ini. ”Ketika terjadi intervensi, akan ada pembeli baru dan penjual baru. Kami akan terus melayani mereka dengan baik,” ujar salah seorang pejabat Kementerian Keuangan.
Pemerintah Jepang tidak memiliki target tertentu akan membawa kurs yen sampai pada level tertentu. Jika mengacu pada sejarah yang telah terjadi, Jepang harus mengeluarkan dana sebesar 35 triliun yen untuk menekan kurs yen pada periode Januari 2003 hingga Maret 2004.
Kajian dari sebuah universitas di Jepang menyatakan bahwa diperlukan dana 285 miliar yen setiap kali pemerintah ingin mengendalikan yen.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Jepang Tadashi Okamura mengatakan, tindakan BoJ merupakan langkah yang baik. Okamura menuturkan, diperlukan lagi langkah selanjutnya untuk menekan yen ke level yang wajar terhadap dollar AS, sekitar 90-95 yen per dollar AS. ”Intervensi lebih cepat akan lebih efektif,” ujarnya di Tokyo.
Okamura menyatakan tidak yakin dalam satu kali intervensi dapat membawa yen ke level 90-an. Namun, dia yakin pemerintah akan bertindak.
Para pimpinan perusahaan, yang mendesak pemerintah bertindak karena keuntungan dari pasar di luar negeri menipis, tentu saja menyambut baik intervensi itu. Salah satu pimpinan Sony Corp menyatakan mereka berharap pemerintah akan terus melakukan langkah yang baik untuk mencegah kenaikan yen.
Selain itu, pasar saham juga bergairah menyambut tindakan tersebut. Indeks Nikkei membukukan kenaikan harian terbesar dalam lima pekan terakhir. Saham-saham eksportir, seperti Toyota Motor Corp dan Sony Corp, melonjak pesat. Indeks Nikkei ditutup naik 2,3 persen menjadi 9.516,56.
Para analis juga mengingatkan kenaikan harga saham hanya akan berlaku sementara kalau pemerintah tidak mengambil langkah lanjutan lain untuk melawan kemerosotan ekonomi. ”Intervensi hanya menutupi luka saja. Itu bukan penyelesaian yang fundamental,” ujar Okasan Securities Hideyuki Ishigoro.(AP/AFP/REUTERS/joe). (Di kutip dari kompas.com)

3.   Ekspansi
contoh kasus yang pernah terjadi:
a.    Pabrik indomi, Indonesia
di dalam negeri (Indonesia), pabrik indomie telah memproduksi indomie untuk kebutuhan nasional, karena pasar Asean masih terbuka, maka pabrik indomie tersebut melakukan ekspansi usahanya ke negara-negara Asean dengan membuka pabrik indomie baru guna memenuhi kebutuhan dari negara yang bersangkutan.
b.    Februari 2010 lalu, BNI Syariah Ekspansi Jaringan di Batam
BNI Syariah melakukan ekspansi jaringan dengan membuka kantor cabang baru di Batam Jumat (12/2/2010). Perluasan cabang BNI Syariah ini dilakukan karena meningkatnya minat masyarakat untuk berbank syariah. Sumber : JAKARTA, KOMPAS.com

BAB III
KESIMIMPULAN
Berdasarkan Konstruksi Argumen, dapat di simpulkan:
a.    Resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Contoh kasusnya : resesi global tahun 2008 dan Jepang Masuki Masa Resesi tahun 2008
b.    Stagnasi ekonomi adalah suatu keadaan di mana tingkat pertumbuhan ekonomi berjalan lambat (biasanya diukur berdasarkan pertumbuhan GDP) pada suatu periode tertentu. Contoh kasusnya : Jepang mengalami stagnasi ahun 1980 akibat kenaikan kurs yen
c.    Ekspansi adalah tindakan aktif untuk memperluas dan memperbesar cakupan usaha yang telah ada. Contoh kasusnya : Pabrik indomi, Indonesia dan BNI Syariah Ekspansi Jaringan di Batam.

DAFTAR PUSTAKA
haryanimega.blogspot.com/2011/06/resesi.html

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20070929232616AAXL1dU

Cuaca Dan Iklim

Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003). Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang juga mengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.
Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang disebabkan oleh adanya pengendali-pengendali iklim (Anon, ? ). Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut Lakitan (2002) adalah (1) posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang), (2) keberadaan lautan atau permukaan airnya, (3) pola arah angin, (4) rupa permukaan daratan bumi, dan (5) kerapatan dan jenis vegetasi. Gambar dibawah adalah gambar dari sistem iklim secara umum.
Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim : 1). Suhu udara 2). Tekanan udara 3). Angin 4). Kelembaban Udara 5). Curah Hujan 6). Awan 7). Cahaya Matahari 8). Evaporasi
Dalam hubungan dengan pertanian, unsur-unsur cuaca atau iklim beserta alat pengukurnya adalah sebagai berikut:

No
Unsur Cuaca
Satuan
Nama Alat Ukur
1
Penerimaan radiasi matahari
W.m3
solarimeter
2
Lama penyinaran matahari
jam
Campbell stukes
3
Suhu udara
oC
termometer
4
Kelembaban udara
%
Psychsrometer/hygrometer
5
Kecepatan angin
m.s1
anemometer
6
Arah angin
o
windvane
7
Curah hujan
mm
Penakar hujan/ombrumeter
8
Evepotranspirasi potensial
m.m
Lisimeter atau dihitung